Tuesday, October 23, 2018

ETNOEKOLOGI TUMBUHAN PEWARNA DI NUSA PENIDA


Nusa Penida adalah Pulau yang terletak disebelah Tenggara Pulau Bali, dipisahkan oleh Selat Badung. Selain NP terdapat pulau Pulau Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan yang kesemuanya termasuk dalam Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung Provinsi Bali.
Pulau Nusa Penida sebgaian besar kawasannya adalah kawasan Karst. Topografi karst adalah bentukan rupa bumi yang unik dengan kenampakan atau fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali CaCO3 diatas dan dibawah permukaan bumi. Jenis tanah yang dominan di Pulau Nusa Penida adalah jenis tanah mediteran coklat merupakan jenis tanah yang bahan induknya berupa batuan kapur.
Di Pulau Nusa Penida tidak terrdapat adanya sungai. Sebagai sumber air, penduduk setempat hanya memanfaatkan beberapa mata air yang tidak banyak serta menampung air hujan pada cubang-cubang. Umumnya musim kering bertahan lebih lama dibanding musim hujan. Dengan demikian air menjadi sumber permasalahan yang utama di Nusa Penida. Berdasarkan kalisifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson Nusa penida termasuk dalam kategori tipe iklim E (agak kering) dimana pada bulan basahnya hanya terdapat presipitasi maksimal 60 mm atau dibawahnya.
Penelitian dilakukan di beberapa desa di Pulau Nusa Penida. Lokasi penelitian secara topografi bervariasi yaitu dari mulai elevasi 17 meter diatas permukaan laut hingga ke puncak tertinggi di Pulau Nusa Penida yaitu Bukit Mundi pada ketinggian 529 mdpl. Pada Bulan Oktober saat kami melkaukan penelitian, rerata suhu udara adalah 31-39 C dengan kelembaban udara berkisar antara 62 sampai dengan 77%. Pada tanah – tanah dimana terdapat vegetasi yang kami ukur, pH selalu ada pada rentang nilai 7 atau netral dengan kelembaban tanah yang rendah yaitu antara 2 sampai dengan 30%.

Pada desa – desa seperti Sompang, Mundi, Bayuh dan Karangsari, dibuat plot pengamatan jenis tumbuhan, utamanya jenis tumbuhan target yaitu sumber pewarna alami serta jenis-jenis lainnya yang ada disekitarnya. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan diantara desa-desa tersebut dalam hal komposisi jenis tumbuhannya. Sebagai contoh, Desa Sompang dan Desa Mundi meiliki tingkat ketidakmiripan yang tinggi sekitar 70% dalam hal komposisi jenis tumbuhan. Dimana di Desa Sompang ditemukan jenis Gosypium atau kapas meksiko yang merupakan sumber utama untuk pembuatan benang untuk kerjainan kain tradisional Nusa Penida, sedangkan di Desa Mundi jenis ini tidak ditemukan. Sedangkan di Desa Mundi, dijumpai adanya jenis Artocarpus yang merupakan salah satu jenis pewarna alami untuk kain tradisional tersebut, dimana di desa Sompang jenis tumbuhan ini tidak dijumpai. 






No comments: