Monday, July 8, 2019

Liang Bua dan Homo Floresiensis


Saat melakukan ekspedisi untuk memetakan distribusi pohon gaharu di Pulau Flores, kami mendatangi Kota Ruteng, Kota beriklim sejuk, yang terletak di dataran tinggi Flores dengan elevasi sekitar 1400 m diatas permukaan laut ini memiliki keindahan alam yang luar biasa. Selain berdekatan dengaan kawasan Gunung Api Ranaka, Ruteng juga dekat dengan sebuah situs arkeologi bernama Liang Bua.Liang Bua dapat di tempuh sekitar 30 menit perjalanan dengan kendaraan dari Kota Ruteng.

Saat sampai di liang  bua kami beruntung dapat menyaksikan proses
penggalian yangsedang berlangsung disana. Saat kami tiba, sedang 
dilakukan penggalian yang menemukan tulang seperti nampaknya tulang 
lengan dan kaki. Saya pun berkenalan dengan Page, salah satu dari tim
peneliti yang sedang melakukan kegiatan penggalian dan
penelitian. Page adalah juga seorang mahasiwi kandidat PhD di Arizona
State University. Saya bertanya apakah Homo Floresensis ini sudah
terverifikasi oleh dunia ilmiah karena yang saya baca saat itu masih ada
pro dan kontra mengenai whether or not tulang yang ditemukan diisni yang disebut sebagai homo flresensis adalah jenis hominoid baru yang beda dengan hominoid lainnya. Page mengatakan awalnya memang da banyak pro kontra saat pertama kali paper mengenai homo baru ini muncul di sebuah jurnal internasional bereputasi. Namun saat ini things are cooling dowdan nampaknya homo Floresensis sudah mulai perlahan diakui sebagai temuan hominoid baru. Menurut Page yang membedakan yang cukup menonjol adalah ukuran tubuhnya yang lumayan kecil dibandingkan homo lainnya (homo erectus). Homo Floresnesis yang yang cukup lengkap ditemukan bernama ‘Flo’ ini tingginya hanya setinggi pinggang manusia dewasa atau sekitar 100 cm saja. Sehingga Homo Floresnesis ini juga dijuluki sebagai “The Hobbit of Flores”. Penelitian di Liang Bua sudah berjalan hampir selama 20 tahun. Setiap tahunnya tim gabungan peneliti datang kesini dan melakukan kegiatan selama 3 bulan, mereka akan tinggal di Ruteng selama aktivitas penelitiannay di Liang Bua. Kami juga sempat berkenalan dengan anggota tim peneliti lainnya dari Universitas Udayana di Bali. Lalu saya juga menanyakan kepada page apakah tipe habitat yang digunakan oleh Flo ini, apakah savanna, padang rumput ataukah hutan? Karena ada sebuah artikel di jurnal yang saya baca yang berargumen bahwa savanna atau padang rumptlah tipe habitat pertama yang menjadi habitia manusia purba dan bukan hutan. Jika melihat dari kondisi vegetasi saat ini disekitar situs liang bua nampak jelas ada pernah sisa-sisa padang rumput disana. Hal ini sangat mungkin karena di Pulau Flores kita masih dapat menemukan hamparan padang rumput atau savanna yang luas di banyak tempat di Flores. Seperti diSatar Cuwe. Satar dalam bahsa lokal daerah Flores adalah padang rumput. Savanna atau padang rumput ini dapat bertransisi menjadi hutan sekunder atau seasonaly dry tropical forest, merujuk pada hasil riset saya di Baluran Jawa Timur (Sutomo, & van Etten, E. (2016). Unfolding Structure of Lowland Seasonal Tropical Dry Forest and Transition of Savanna in Indonesia. Paper presented at the EcoSummit 2016. Ecological Sustainability: Engineering Change. from http://www.ecosummit2016.org/). 



2 comments:

CRKB IT SOLUTION PVT LTD said...

Always look forward for such nice post & finally I got you. Really very impressive post & glad to read this.
Architects in Indore
Civil Contractors in Indore

CRKB IT SOLUTION PVT LTD said...

Approved Auditor in DAFZA
Approved Auditor in RAKEZ
Approved Auditor in JAFZA
i heard about this blog & get actually whatever i was finding. Nice post love to read this blog
Approved Auditor in DMCC